Saturday 26 February 2011

Penerapan Green City



Green city sebagai konsep perencanaan kota saat ini telah banyak di lakukan di kota-kota di Indonesia. Kita berpikir bagaimana kota dapat direncanakan dan ditata ulang secara sehat dan secara ekologis. Konsep kota hijau, atau yang sering disebut green city kelihatannya mudah direncanakan, tapi belum tentu mudah diterapkan karena perlu niat baik dari semua pihak, terutama pemerintah kota, masyarakat kota, serta semua pihak yang bergerak di bidang ekonomi, sosial, budaya, politik dan lingkungan. Walau bagaimanapun mulai dari saat ini kita harus membuat kota atau tempat tinggal senyaman mungkin dengan konsep Green City yaitu konsep dengan keharmonisan kota dalam segi ekonomis dan ekologis.

Tidak hanya di Indonesia, saat ini sudah banyak Negara-negara besar dunia yang menerapkan konsep Green City pada kota-kota di Negara mereka. Bukan hanya menghijaukan kota-kota dengan menanam banyak tanaman dan tumbuhan serta membuat taman-taman. Namun juga membuat kota yang sehat dan bebas dari polusi udara seperti karbon monoksida (CO), dan oksida nitrogen (NOx). Bisa dengan banyak cara. Seperti yang sudah diselenggarakan selama ini yaitu Car Free Day atau hari bebas kendaraan. Saat itu kita dapat melakukan banyak aktifitas olahraga di jalanan bebas kendaraan tersebut. Secara individu, kita sebagai penduduk kota hendaknya memiliki hobby berjalan kaki dan bersepeda serta mengutamakan penggunaan kendaraan umum yang mampu mengangkut sejumlah penumpang yang banyak daripada menggunakan kendaraan pribadi. Atau bisa juga dengan penggunaan sarana angkutan dengan energy fosil.Green City atau kota hijau yang kita harapkan adalah kota yang bukan hanya memiliki lingkungan hijau yang cukup, tetapi kota yang dapat memanfaatkan dan menggunakan energi yang hemat. Sebaiknya kota hijau juga menerapkan teknologi daur ulang barang bekas seperti reuse, reduce dan recycle.

Tidak cukup dari segi ekologis saja, namun juga dari segi ekonomis penduduk kota, sosial dan budaya. Bila semua sudah lengkap dan terpenuhi barulah suatu kota layak di katakan Green City.

Kota harmonis, penduduk sejahtera


Green City atau kota hijau, banyak orang beranggapan bahwa suatu kota dikatakan Green City karena pengaruh lingkungan hijaunya atau segi ekologisnya, padahal bukan hanya itu saja yang mempengaruhi kota di katakan Green City, masih banyak hal lain yang dapat mempengaruhi, salah satunya dari segi ekonomis, ya, ekonomi masyarakat di kota tersebut,
Suatu kota dapat dikatakan Green City dan harmonis bila penduduk kotanya hidup damai dan sejahtera dalam segi ekonomi. Tidak dapat dipungkiri bahwa uang memang telah berhasil membedakan orang kaya, sederhana, dan idak mampu, Suatu kota dikatakan harmonis dalam hal ekonomi bila sudah tidak ada lagi orang yang tidak mampu di kota itu, Semua penduduk sudah dapat hidup sejahtera, Tidak harus kaya, bila penduduk tersebut sudah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, penduduk tersebut sudah dapat dikatakan sejahtera, karena ia sudah tidak terbebani lagi masalah ekonomi karena telah tercukupi,
Kalaupun di kota tersebut masih ada penduduk yang kurang atau tidak mampu, selagi pemerintah dapat memerhatikan ekonomi penduduk kota tersebut penduduk yang kurang mampu dapat sejahtera misalnya pemerintah memberi pinjaman berupa modal usaha kepada penduduk tersebut agar penduduk itu dapat mebuat usaha sendiri sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dan setelah itu mereka dapat mengganti uang dari pemerintah, dengan begitu hidup mereka akan sejahtera,
Sekarang ini di kota-kota di Indonesia sudah banyak pemerintah yang seperti itu, tapi sekarang ini banyak juga pemerintah yang tidak memedulikan rakyatnya, Contohnya pemerintah atau pejabat Negara yang memakan uang rakyat, Uang yang seharusnya untuk mensejahterakan rakyat malah diambil atau tepatnya dicuri oleh pejabat Negara atau pemerintah setempat. Peristiwa seperti ini yang kita sebut “Korupsi” . Saat ini korupsi sedang marak terjadi. Mereka seakan-akan tidak peduli lagi atau tidak ingat bahwa di luar sana masih sangat banyak rakyat yang membutuhkan mereka, sehingga masih sangat banyak penduduk yang belum sejahtera karena ekonomi mereka yang tidak memadai.
Jadi, kesejahteraan penduduk juga tergantung oleh yang memimpin. Yang kebutuhan ekonominya sudah tercukupi tidak perlu pusing-pusing lagi memikirkan masalah itu, tapi yang ekonomi nya masih rendah, tentu akan sangat merasa terbebani dan menderita. Apalagi bila yang memimpinnya sudah tidak bertanggung jawab. Namun penduduk yang kurang mampu itu juga harus berusaha dan bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dan mensejahterakan keluarga mereka, bukannya malah malas-malasan dan tinggal menunggu bantuan dari Pemerintah, paling-paling pemerintah hanya bisa membantu memberikan pinjaman modal usaha dan setelah itu tergantung mereka sendiri ingin menggunakan itu untuk membuat usaha apa. Intinya, keharmonisan suatu kota juga dipengaruhi oleh ekonomi penduduk yang tinggal di kota tersebut. Bila penduduknya tidak sejahtera karena masalah ekonomi, kota tersebut belum bias dikatakan harmonis dan dijuluki Green City walau lingkungannya sudah bagus.

Kotaku kota hijau nan harmonis




Green City , bila mendengar kata-kata ini pasti yang terfikir di benak kita yaitu green city merupakan suatu kota yang memiliki banyak tumbuhan hijau, asri, segar, sejuk, dan memiliki banyak oksigen. Memang benar, namun bukan hanya itu saja yang membuat kota tersebut dikatakan Green City, keharmonisan kota tersebut, keharmonisan dan kesadaran penduduk kotanya juga sangat berpengaruh terhadap kota yang dikatakan Green City tersebut. Yang dimaksud keharmonisan dalam suatu kota tersebut yaitu kota yang aman dan teratur. Keharmonisan dalam suatu kota juga dapat tercipta dari penduduk kota itu sendiri. penduduk yang harmonis yaitu penduduk yang mau bekerja sama atau saling bergotong-royong untuk membuat kota tersebut menjadi lebih baik, misalnya acara penanaman 1000 pohon, masyarakat bahu-membahu untuk menanam pohon dan membuat lingkungan lebih asri, ini yang dimaksud keharmonisan penduduk kota dalam segi ekologis, seharusnya yang membuat kota itu memiliki lingkungan yang hijau yaitu penduduk kota itu sendiri, bukannya malah membuat lingkungan makin kotor dengan membuang sampah sembarangan, membuang limbah ke sungai, dan masih banyak lagi yang sudah pasti sangat mengganggu dan merusak kota. Dan makhluk hidup di dalamnya baik hewan, tumbuhan maupun manusia itu sendiri.

Namun sampai saat ini, masih sangat banyak penduduk kota yang belum sadar akan hal ini. Saat ini memang sangat susah untuk dapat menemukan orang yang benar-benar peduli akan lingkungan, dapat menjaga dan melestarikan lingkungan . Saya sendiri akui, saya memang belum sepenuhnya bisa menjaga dan melestarikan lingkungan, saya juga masih sering membuang sampah tidak pada tempatnya, namun saya memiliki kesadaran bahwa yang saya perbuat selama ini salah dan akan berusaha untuk merubahnya. Tapi bagaimana dengan penduduk kota yang lain, kebanyakan mereka sibuk dengan urusan dan pekerjaan masing-masing sehingga tidak memedulikan lingkungan sekitar.

Tidak usah jauh-jauh, kita dapat melihat lingkungan sekitar rumah kita bagaimana, sudah tertanam tumbuhan hijau apa belum, sudah bersih apa belum, itu sudah cukup mencerminkan bagaimana pemilik nya, orang yang ekonominya sederhana dan tidak terlalu sibuk dengan pekerjaannya mungkin dapat menjaga dan mengurus lingkungan atau pekarangan rumahnya sendiri. Tapi bagaimana dengan orang-orang kaya yang dapat menggaji tukang kebun yang dapat merawat pekarangan rumah mereka, memotong rumput pekarangan rumah mereka, dan menyiram tanaman-tanaman mereka, ditambah lagi kalau orang tersebut sibuk dan tidak mempunyai waktu untuk itu. Boleh saja, tapi alangkah baiknya kalau kita sendiri yang merawat lingkungan sekitar rumah kita sendiri, karena toh kita juga yang akan menikmati kesejukannya dan keindahannya dan merasakan udara segarnya .

Jadi kota dapat disebut Green City juga karena pengaruh keharmonisan penduduk kota, penduduk kota yang memiliki kesadaran tentang pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan kota tersebut. Bukan hanya ingin menikmati hasilnya, namun berusaha bagaimana mendapatkan hasil tersebut.